Jumat, 26 Juni 2009

Lahan Gambut ,Pagatan Besar dan Daerah Tangkapan Air di Damit dari Sudut Pandang Farmasi

Melihat keadaan Indonesia, khususnya Kalimantan Selatan yang kaya akan daerah lahan basah, tidak heran jika para pemudanya melihat berbagai potensi yang ada disini untuk berbagai pemanfaatan dari berbagai bidang keahliannya.Sebelum kita menggali lebih jauh tentang

pengeksplorasian daerah lahan basah ini.

Tentu kita harus mengenal lebih jauh

tentang bagaimana kondisi lahan tersebut.

Hal itu pula yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat. Khusus Program Studi Farmasi, mencoba menelaah bagaimana kondisi dan menganalisis keadaan di 3 tempat, yaitu Gambut, Pagatan Besar dan daerah tangkapan air di Damit. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 8 sampai 10 Juni 2009.


Lahan gambut yang terletak di Kilometer 17 Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah yang kaya akan sumber daya alam. Tidak terlihat perumahan penduduk disana. Sebelum mengenal lebih jauh mengenai lahan gambut disini, perlu diketahui bahwa yang dinamakan “ Lahan Gambut” adalah lahan yang memiliki ketebalan gambutnya lebih dari 50 cm.

Sedangkan gambut itu sendiri merupakan tanah yang mengandung bahan organik yang kandungannya lebih dari 30% yang mana terbentuk dari hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang berlangsung dalam kecepatan yang lambat dan dalam keadaan anaerob. Jika kita lihat secara fisik,lahan ini mengalami yang namanya reklamasi atau pengalih fungsian lahan untuk suatu tujuan yang lebih bermanfaat yang mana disini berupa pengurukan tanah untuk pembangunan. Sebenarnya merupakan hal yang wajar jika lahan ini direklamasi dengan pembangunan atau perumahan asalkan saja tipe bangunannya yang ramah lingkungan seperti rumah panggung dan pondasi cakar ayam tetap diperhatikan dan juga masalah limbah rumah tangganya di perhatikan sejak dini. Pembangunan perumahan seperti rumah panggung selain bernilai ekonomis untuk masyarakat, ekologi lahan gambut juga tidak akan rusak. Jadi masih saling menjaga, namun yang kita lihat di lahan gambut disini, pengurukan tanah yang mana akan didirikan bangunan di atasnya bisa berdampak negatif. Jika kita lihat dari kacamata seorang farmasis, misalnya saja nyamuk yang berhabitat di lahan gambut tersebut akan bermigrasi ketempat lain katakan saja ketempat yang ada penduduknya, hal ini tentu saja diakibatkan habitatnya diganggu sehingga dia harus mencari tempat yang baru untuk bereproduksi. Dengan terjadinya hal ini, tidak menutup kemungkinan salah satu nyamuk yang bermigrasi itu adalah Aedes aegypti, dengan gigitan nyamuk yang di dalam darahnya sudah ada bibit penyakit atau virus ini dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Selain itu, pembakaran yang dilakukan di daerah ini sebelum pengurukan, bisa menghasilkan asap yang dapat mencemari udara atau polusi udara yang mana dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA).

Tidak terlihat perumahan di daerah ini. Sehingga perhatian terfokus kepada reklamasi lahan dan pengukuran pH air,pH tanah, kelembapan, potensi sumber daya disana dan bagaimana struktur tanah disana. pH air dapat diidentifikasi menggunakan alat yang namanya pH meter.


Untuk mengetahui seberapa besar pH air, digunakan pH meter yang pengukuran pHnya dapat dengan membandingkan dengan warna-warna yang tersedia disana. Sample air diambil dari 3 stasiun yang mana air yang digunakan adalah yang bersih dari kotoran-kotoran seperti serpihan-serpihan atau patahan ranting atau dedaunan. Warna akan dihasilkan setelah air ditetesi indicator tetes. Rata—rata pH air yang diperoleh disana adalah rentang antara 5—6. Sedangkan untuk mengukur pH tanah dihunakan alat soil tester

Dimana alat ini selain berfungsi untuk mengukur pH tanah juga untuk mengukur kelembapan tanah. pH tanah diukur dengan cara menancapkan alat ini ketanah yang ingin diketahui pHnya, pada layar ada 2 garis yang menunjukan nilainya. Garis diatas untuk menunjukan nilai pH dan garis di bawah untuk menunjukan nilai kelembapan yang satuannya dalam persen (%). Untuk mengukur kelembapan, alat ini tidak hanya ditancapkan di tanah saja. Tetapi juga dengan menekan tombol putih yang ada di sampingnya sampai jarumnya stabil. pH tanah yang diukur ada 3 stasiun dengan hasil stasiun 1,2,3 berturut—turut adalah 5,8 ; 6,3 ; ≤ 3,5 dan kelembapannya berturut—turut adalah 60% ; 59% ; > 100 %. Data ke—3 begitu drastis nilainya dibandingkan dengan data 1 maupun 2 , hal itu tentu disebabkan tanah yang digunakan sebagai sampel juga berbeda. Pada stasiun 1 dan 2, digunakan tanah merah sebagai sampel. Sedangkan pada stasiun ke 3 digunakan tanah berwarna hitam yang mana ini merupakan tanah asli dari lahan gambut ini. Letaknya pun dekat dengan rawa berupa lumpur yang mengalami sedimentasi. Hal ini sudah menggambarkan bahwa tanah asli lahan ini sangat asam dibandingkan tanah berwarna merah yang merupakan tanah hasil urukan (tambahan).

Tidak hanya dengan pengukuran pH tanahnya saja yang menggambarkan bahwa lahan basah disini asam. Dari vegetasi tanamannya pun menggambarkan hal itu, tanaman yang dominan disini adalah pohon galam dan purun tikus.


Pohon galam ini tahan pada daerah yang asam, sehingga dia dapat bertahan di daerah ini.


Purun tikus(Eleocharis dulcis) disini bersifat absorb atau untuk mengikat logam yang terkandung dalam air rawa. Selain itu, purun tikus ini dapat dikatakan tumbuhan khas rawa dan kita tahu bahwa tanaman ini bersifat spesifik terhadap lahan sulfat masam yang disebabkan sifatnya yang tahan pada kemasaman yang tinggi sesuai dengan data yaitu ≤ 3,5.

Vegetasi lain yang ada disini adalah karamunting (Melastoma mabathricum)


Jika kita lihat dari sisi khasiat yang dimiliki oleh tanaman ini adalah dapat digunakan sebagai penetral racun atau beberapa penyakit gangguan pencernaan seperti diare, disentri dan lain – lain. Adapun kandungan yang ada didaun seperti saponin, tannin dan masih banyak lagi. Selain karamunting, ada juga alang – alang


Khasiat dari alang – alang ini antara lain adalah untuk panas dalam, asam urat , sariawan ataupun sebagai pelembut kulit dan masih banyak lagi khasiatnya. Sedangkan kandungan yang dimiliki oleh tanaman ini banyak antara lain adalah arundoin, fernenol, isoarborinol, isoklorogenat dan lain – lain. Pada daerah ini juga terdapat teratai (Nympheae sp)


Adapula khasiat dari tanaman ini yaitu untuk menurunkan panas, sakit kepala dan juga untuk mengobati diare. Kegunaan lainnya dapat diperoleh dari Abu daun teratai yang mengandung efek homeostatik, yaitu kemampuan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke keadaan normal, dan dipercaya dapat menghentikan pendarahan pada paru-paru, hidung dan-rahim. Selain daun, biji teratai juga bermanfaat untuk kesehatan jantung, limpa dan ginjal. Biji teratai juga mengandung efek astringen sehingga bermanfaat untuk mengobati diare dan juga mengandung efek sedatif sehingga berguna untuk mengatasi insomnia.
Aroma bunga teratai yang harum banyak digunakan dalam pengobatan energi bunga (flower's Bach Remedies). Aroma teratai meningkatkan vitalitas dan mempunyai efek menenangkan. Sumber lain mengatakan, rebusan bunga teratai dapat digunakan sebagai pereda pendarahan dan menyembuhkan radang kulit bernanah. Masih banyak vegetasi lain yang terdapat di daerah ini seperti akasia, paku- pakuan yang jumlahnya tidak dominan.

Adapun suhu udara maupun air disini diukur dengan termometer.Adapun data suhu yang diperoleh adalah 27oC dan 26oC. Jika kita lihat struktur tanah disana ada yang berwarna merah, hitam dan tidak padat.

Setelah di gambut, selanjutnya adalah Pagatan Besar yang mana merupakan desa kecil di daerah pesisir selatan Kalimantan Selatan. Hal itu dapat kita lihat pada peta di atas, selain itu juga merupakan batas antara ekosistem laut dan daratan.


Bayangan pantai pada tiap – tiap benak orang kebanyakan adalah desiran ombak dan keindahannya. Ada persepsi lain untuk pantai disini, seperti yang dapat kita lihat bersama disana bukan hanya hamparan pasir yang terbentang tetapi juga sedimentasi dari lumpur. Pada daerah ini telah terjadi abrasi pantai dan akan terus meningkat jika dibiarkan begitu saja. Penyebab utama dari abrasi ini adalah gelombang laut yang menerjang bibir pantai terus menerus sedangkan penahan dan pemecah ombak hampir tidak ada. Terumbu karang disana juga punah, sedangkan mangrove sulit dibudidayakan disana karena tidak dapat tahan dengan lumpur yang sifatnya panas. Hanya tanaman api –api yang bisa bertahan dengan lumpur disana. Untuk mengatasi hal tersebut, program jangka panjangnya adalah membudidayakan terumbu karang di laut itu. Namun mengingat prosesnya yang sangat lama, untuk mengisi waktu yang lama tersebut kita dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk perencanaan pembangunan pemecah ombak atau barier. Karena kalau kita hanya membudidayakan tanaman api – api tetapi tidak ada pemecah ombak, hal itu bisa dikatakan kurang efektif, karena bibit tanaman tersebut dapat diterjang ombak dan tidak akan tumbuh. Jadi untuk lebih efektifnya kita buat barier di samping itu kita membudidayakan api – api. Adapun pantai yang awal mulanya berpasir sekarang bermodifikasi menjadi endapan lumpur. Adapun hal itu disebabkan karena pagatan besar ini merupakan muara dari sungai barito yang mana kita tahu banyak terdapat pabrik – pabrik dan industri yang mana limbahnya mengalir terus sampai ke daerah ini dan mengalami sedimentasi sehingga pantai ini berubah menjadi pantai berlumpur dan air lautnya pun menjadi coklat. Masyarakat memanfaatkan daerah ini untuk beraktifitas, adapun mayoritas dari sebagian besar penduduk adalah nelayan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ada beberapa kebutuhan yang di eksploitasi dari kekayaan alam seperti ikan, tetapi ada juga kebutuhan yang harus dibeli seperti minyak tanah, beras , gula bahkan air untuk minum. Hal ini disebabkan minimnya persediaan air bersih ditempat ini. Berdasarkan informasi dari penduduk, 5 tahun yang lalu air di daerah itu masih bisa digunakan untuk minum dan mandi. Sekarang, garis pantai lebih mendekati ke pemukiman. Bahkan pernah terjadi banjir, akibat luapan air laut. air sumurnya pun tercemar oleh air laut yang salinitasnya tinggi tinggi sehingga menjadi payau sehingga jika masih tetap di minum dapat menimbulkan penyakit gangguan pencernaan seperti diare atau bahkan muntaber. Penggunaan air ini untuk mandi pun sebenarnya dapat menyebabkan penyakit pada kulit, hal yang sering terjadi adalah gatal – gatal. Untuk memenuhi air bersih untuk minum, biasanya penduduk membeli dengan harga Rp 1.200/derigen.

Selama melakukan observasi dan wawancara tentang vegetasi pantai yang dapat sering dioptimalkan sebagai pengobatan, kebanyakan dari kami mendapat kendala untuk mencari informasi tanaman obat. Minimnya pengetahuan masyarakat setempat adalah salah satu faktor dari kendala ini di samping kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam sebagai alternatif untuk pengobatan. Kebanyakan masyarakat sangat percaya pada obat berupa sediaan jadi dan puskesmas yang ditangani oleh tenaga medis yang jumlahnya tidak memadai. Dokter disini sering tidak ada di tempat. Dan hanya ada satu bidan ditempat ini. Bahkan untuk mengobati penyakit yang diderita, masyarakat pergi ke bidan. Padahal tidak sewajarnya seorang bidan memberi pengobatan dan menganjurkan obat tertentu terhadap suatu penyakit. Solusi untuk memecahkan masalah minimnya air bersih dapat kita lakukan dengan bekerjasama langsung dengan PDAM dalam pembuatan tangki air bersih dan disalurkan ke rumah – rumah penduduk di daerah ini. Sedangkan untuk kurangnya tenaga medis di daerah ini, solusinya yaitu dengan melakukan kerjasama dengan pemerintah dalam pemberian beasiswa untuk putra daerah, dengan salah satu syaratnya dia dapat mengabdikan ilmu dan tenaganya untuk daerahnya. Selain itu dapat juga dengan bekerja sama dengan dinas kesehatan dalam penempatan tenaga kesehatan. Selain itu, penyuluhan juga penting untuk dilakukan tetapi ada tindak lanjut berupa monitoring, sehingga penyuluhan itu berdaya guna. Vegetasi yang ada di daerah ini seperti api – api, tanaman jinggah, buta – buta yang menurut penduduk dapat mempercepat proses pengeringan luka dan juga timpakul yang habitatnya di lumpur.

Daerah tangkapan air di damit yang mana merupakan sebuah desa yang terletak di salah datu daerah rangkaian pegunungan meratus.


Mayoritas mata pencaharian penduduk di daerah ini adalah bertani dan juga berkebun. Daerah ini memiliki bendungan air yang kecil yang mana airnya disalurkan sebagai fungsi irigasi dan juga jika debit airnya banyak dapat digunakan untuk mengairi sawah disana. Namun jika debit airnya sedikit , maka sawah menjadi kering dan untuk itu pada sawah tersebut di tanam palawija sebagai tanaman pengganti padi. Jika kita bandingkan dengan beberapa waktu sebelum ini, air disini lebih keruh daripada sebelumnya dan pernah terjadi banjir di kawasan ini yang diakibatkan jebolnya tanggul disana. Adapun yang mungkin dilakukan untuk menangggulangi masalah ini yaitu dengan melakukan kerja sama dengan pemerintah agar melakukan perbaikan tanggul agar lebih kokoh menahan air. Pengetahuan masyarakat disini tentang tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan tidak jauh berbeda dengan masyarakat di pagatan besar. Masih kurangnya pengetahuan mereka akan hal itu dan lebih percaya pada obat jadi. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu kiranya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam pemanfaatan dan penggunaan tanaman obat. Fakta yang ditemukan di lapangan adalah salah satunya ada tanaman karamunting disana, kita dapat melakukan sosialisasi berupa pemanfaatan tanaman yang ada disini, misal karamunting sebagai penetral racun. Bagian – bagian yan digunakan ada daun, biji maupun akar. Selain itu dapat digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan seperti diare dan disentri. Disini juga terdapat hutan karet dan juga sawah yang mana dikelola oleh masyarakat sekitar.


Mengenai masalah pelayanan kesehatan di daerah ini sudah bagus ditambah adanya puskesmas keliling yang rutin setiap bulannya, dilengkapi dengan tenaga dokter dan peralatan juga persediaan obat – obatan yang cukup memadai. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian masyarakat membeli ke pasar. Dan untuk pendidikan disini terdapat sekolah Taman Kanak – kanak (TK) dan juga Sekolah Dasar.

Selasa, 17 Maret 2009

Tungkaran in My Mind

Gedung 3 FMIPA UNLAM Banjarbaru,Ruang kuliah 2.4 dan 2.5 digemparkan mahasiswa farmasi dengan semangat yang menggebu-gebu yang sedang mengikuti Mid test Pengenalan Lingkungan Lahan Basah yang di asuh oleh Pa Krisdianto,M.Sc. Disana lah semua ini bermula,Kamis 12 Maret 2009 pukul 9.40 WITA

Lahan Basah Desa Tungkaran

Titik Koordinat yang terlukis di whiteboard aula gedung 3 FMIPA UNLAM,mengajak pikiran semua mahasiswa yang ada di sana menjelajah daerah-daerah kawasan lahan basah di kalimantan selatan,memikirkan di mana posisi koordinat itu sebenarnya.

S : 3037’22.8” dan E : 114042’09.2” (Desa Tungkaran-Martapura) merupakan kawasan wetland yang dekat dengan perkampungan warga, koordinat dari bagian daerah yang terletak di Martapura,Kalimantan Selatan. Daerah rawa yang bisa dikatakan memiliki potensi sebagai sumber daya alam untuk kemaslahatan masyarakat,umumnya masyarakat sekitarnya.



kalimantan,khususnya kalimantan selatan Kabupaten Banjar Desa Tungkaran,Cindai Alus banyak memiliki kawasan yang jika hal itu dikategorikan adalah masuk ke dalam kategori Wetland (Lahan Basah). Daerah-daerah dari kawasan kita ini banyak yang digenangi air, baik itu permanen atau tidak. Tidak hanya air yang menutupi sebagian kawasan dari kawasan ini, tetapi juga dapat kita lihat di samping sisi kanan dan kiri jalan bahwa disana terlihat beberapa jenis tanaman seperti eceng gondok,

















hampir sebagian besar permukaan kawasan ini ditutupi oleh eceng gondok selain air. Selain itu, di sisi-sisi jalan juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai lahan pertanian untuk menanam Padi (Oriza sativa),














selain itu juga ada Pohon Mangga



















pohon jambu,



Ternyata,pohon-pohon seperti ini juga bisa tumbuh di daerah lahan basah ini.














Selain dari pohon-pohon itu, banyak terdapat tanaman seperti :
-teratai,
-kangkung,
-pohon pisang,
-purun
tikus dan masih banyak lagi lainnya.


Jika kita lihat kondisi tersebut,ditambah kemampuan masyarakat sekitar untuk mengolah laha ini, maka kawasan akan memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat sekitar , memberikan lahan mata pencaharian bagi penduduk di sana. Walaupun sepertinya jika dilihat dari segi fungsi , kawasan ini kurang dioptimalkan sebagai lahan pertanian, mengapa demikian?? hal ini terlihat dari jenis tanaman yang ada di sana. Padi bukanlah tanaman yang dominant di sana,daerah ini lebih condong ke daerah rawa. Walaupun demikian, ketika kami melakukan penelusuran ke daerah ini, dalam waktu yang bersamaan, di sana terdapat aktifitas masyarakat dalam rangka mendayagunakan kawasan ini,terdapat aktifitas masyarakat dalam rangka mendayagunakan kawasan ini. Terdapat beberapa orang sedang memancing dan rata-rata dari orang-orang tersebut memancing ikan (Sepat siam).


Selain ikan itu, kami juga menemukan hewan jenis mollusca di daerah ini,yaitu bekicot.















Gambaran secara umum tetapi dapat kami lihat dari lahan basah di desa tungkaran ini adalah :

-
menghasilkan material alam yang bernilai ekonomis misalkan saja kayu, juga obat-obatan.
Disepanjang perjalanan kami, menyisiri pemukiman menuju desa tungkaran, hampir di tiap-tiap depan rumah penduduk masing-masing menyediakan kayu bakar yang siap untuk dijual,kemungkinan besar kayu-kayu tersebut dari kawasan wetland disana
.
-
menyediakan kebutuhan manusia akan air minum juga irigasi
-
sebagai sarana transfortasi
-
yang utama sebenarnya adalah sebagai lokasi pendidikan dan penelitian












Selain itu, ada beberapa aktifitas yang jika kita lihat dengan kasat mata,hal ini merupakan alih fungsi dari kawasan lahan basah.Alih fungsi lahan basah (konversi) berlangsung begitu saja. rasa kepemilikan terhadap lahan basah oleh masyarakat setempat tidak begitu kuat. Ekosistem lahan basah dipandang sebagai tanpa pemilik, belum tergarap dan terlantar. Ditinjau dari regulasi yang ada, pengaturan pada ekosistem lahan basah masih sangatlah minim.

















foto di atas mewakili dari sebagian aktifitas yangmemperlihatkan bahwa kawasan ini kurang dimanfaatkan secara baik, bahkan dipergunakan sebagai tempat pembuangan.

hal-hal yang digambarkan foto-foto di atas dapat mencemarkan dan mengalihkan fungsi dari lahan basah di daerah itu, kualitas air menjadi menurun. Berdasarkan info yang akurat dari redaksi media cetak, tahun 2009 di sungai Martapura setiap satu liternya sudah mengandung 16.000 ppm bakteri E.coli. hal ini terjadi akibat hal-hal yang digambarkan oleh foto-foto di atas. Jika air-air di rawa terus mengalir ke aliran-aliran sungai besar dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai air minum,maka akan mengganggu kesehatan seperti gangguan pencernaan, metabolisme tubuh bahkan lama-kelamaan efek jangka panjangnya dapat menimbulkan penyakit yang ditakuti masyarakat,yaitu kanker.

Jadi,penting bagi mahasiswa farmasi untuk menengok lebih jauh ke dalam mengenai pengenalan lingkungan lahan basah ini.

Semoga Bermanfaat...Amiin

Wassalam